Sragen dalam catatan sejarah memiliki dua
pabrik gula yang pernah didirikan oleh Belanda. Pertama adalah PG Mojo, pabrik
gula di tengah kota Sragen yang kini langkahnya sedang tertatih-tatih dan kedua
ialah PG Kedungbanteng yang berada di Desa Gondang, Kecamatan Gindang.Letaknya begitu dekat dengan tapal batas provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur sehingga melangkah dua setengah kilometer ke timur, sudah memasuki wilayah provinsi Jawa Timur. Tulisan Jejak
Kolonial kali ini akan mengangkat Pabrik Gula Kedungbanteng yang barangkali
sudah lekang dari ingatan orang-orang. Inilah kisah dari sejumput jejak sejarah
di tapal batas Sragen….
Suasana Desa Gondang pada 25
April 1924 begitu meriah. Hari itu, desa yang ada di perbatasan Jawa
Tengah-Jawa Timur itu kedatangan rombongan tamu penting seperti Pakubuwono X
dari Kasunanan Surakarta dan Pangeran Adipati Aria Prang Wedana dari Pura Mangkunegaran.
Selain itu ada pula Residen Surakarta, Asisten Residen Sragen, Bupati Sragen,
para pembesar Pabrik Gula Mojo, serta sejumlah wartawan. Maksud kedatangan
mereka tak lain adalah untuk meresmikan pabrik gula Kedungbanteng, pabrik gula
termuda di Karesidenan Surakarta. Rombongan itu disambut oleh insinyur De Haan,
perwakilan dari N.V. Cultuur Maatschappij Vereenigde Lawoe, perusahaan yang
memiliki dan mengelola PG Kedungbanteng. Mereka selanjutnya diantar ke
laboratorium pabrik, tempat dilangsungkannya seremoni peresmian PG
Kedungbanteng. Dalam sambutannya, insinyur De Haan selanjutnya mengisahkan
ihwal pendirian PG Kedungbanteng. Sejarah pendirian PG Kedungbanteng rupanya
masih berhubungan dengan keberadaan PG Mojo yang ada di Sragen. Pendirian PG
Mojo dipelopori oleh "Van der Wijk Concern" (kemudian menjadi
Klattensche Cultuurmaatschappij) pada tahun 1894. Jadi saat PG Kedungbanteng diresmikan, PG Mojo baru menginjak usia 30 tahun, usia yang terhitung muda
untuk pabrik gula di wilayah Surakarta. Secara bertahap, PG Mojo mulai
memperluas area perkebunannya sehingga lebih banyak tebu yang dapat dipanen.
Luasnya area perkebunan ternyata tidak diimbangi dengan kapasitas giling pabrik
sehingga mulai terpikirkan untuk membangun pabrik baru pada tahun 1919. Rencana
untuk membangun pabrik baru semakin menguat sesudah pembelian perkebunan karet
Kedungbanteng dari Java Hevea Maatschappij. Setelah dipertimbangkan antara
memperbesar pabrik gula Mojo atau mendirikan pabrik baru, maka akhirnya
diputuskan untuk mendirikan pabrik gula baru. Keputusan tersebut didasarkan
atas pertimbangan bahwa mereka akan menerima limpahan mesin bekas dari PG Comal
di Pemalang yang kebetulan saat itu akan berpindah ke tempat baru (De Nieuwe
Vorstenlanden, 26 April 1924).
Peta PG Kedungbanteng tahun 1930 (sumber : maps.libary.leiden.edu). |
Letak pabrik sengaja dipilih dekat pusat pemerintahan distrik Gondang yang ramai penduduk. Tujuannya untuk memudahkan pencarian tenaga kerja berupah murah yang dapat diambil dari penduduk sekitar. Dengan lokasi di pinggir jalur kereta Surakarta-Surabaya milik Staatspoorwegen, boleh jadi pabrik itu dibangun di sana guna mempermudah proses pembangunan pabrik yang material dan mesin pengolahnya didatangkan dari Surabaya serta untuk membantu distribusi hasil olahan. Selain itu, di dekat pabrik terdapat Sungai Sawur yang dapat dipakai sebagai sarana pembuangan limbah. Mulanya pabrik akan dibangun di sebelah selatan jalur kereta, namun rencana itu urung diwujudkan. Proses pembangunan PG Kedungbanteng dimulai pada bulan Juni 1921
dan diawasi oleh kepala insinyur Van den Ben yang pernah menangani pembangunan
PG Jatiroto di Lumajang. Sementara rancangan bangunan pabrik dibuat oleh insiyur
Koetse dari "Stork & Co." Akibat keterlambatan beroperasinya PG Comal Baru,
maka target penyelesaian PG Kedungbanteng meleset setahun dari rencana. Hibah mesin bekas yang dijanjikan dari PG Comal Lama baru tiba pada tahun 1923. Bersamaan dengan pembangunan pabrik, dipersiapkan pula sejumlah sarana irigasi seperti waduk, stasiun
pompa, dan saluran air yang akan mengairi ladang tebu (De Nieuwe Vorstenlanden
28 April 1924). PG Kedungbanteng akhirnya diresmikan pada 25 April 1924 dengan
kapasitas giling pada musim perdananya mencapai 15.000 batang per hari. PG Kedungbanteng
dikelola lewat anak perusahaan Van der Wijk Concern bernama N.V.
Cultuurmaatschappij Lawoe. Status ladangnya adalah tanah sewa karena
perusahaan swasta dilarang memiliki tanah di wilayah Kasunanan. Tanah ladang
tersebut disewa dalam jangka waktu 139 tahun (Ockers, 1934; 242). Keberadaan PG Kedungbanteng diharapkan dapat menularkan
kemakmuran untuk desa Gondang yang ada di dekatnya sehingga keuntungan PG Kedungbanteng
tidak hanya dinikmati oleh pengusaha Eropa dan pemerintah lewat tarikan pajak. Semenjak pembukaan PG Kedungbanteng, arus penumpang dan barang di
stasiun kereta Kedungbanteng semakin meningkat. Tanah di sekitar stasiun
menjadi incaran. Pemerintah juga berencana untuk membangun rumah untuk wedana
dan pendirian bangunan pasar permanen (De Nieuwe Vorstenlanden 29 April 1924). Meskipun demikian, kehadiran pabrik gula Kedungbanteng masih belum mampu mengangkat taraf kesejahteraan para petani kecil karena mereka tak dapat mengolah lahannya sendiri.
Lokasi situs PG Kedungbanteng dilihat dari citra satelit dari Google Map. Keterangan : A : Kantor Kecamatan Gondang / B : Puskesmas Gondang / C : Bekas rumah dinas PG Kedungbanteng / Kotak merah : Eks lokasi pabrik. |
Pabrik Gula Kedungbanteng mempekerjakan sejumlah pegawai yang masing-masing memiliki keahlian tertentu. Pucuk tertinggi dalam organisasi pabrik gula ditempati oleh administrateur atau kepala pabrik. Seorang administateur memikul tanggung jawab sebagai wakil perusahaan yang menangani langsung keseluruhan urusan pabrik, mulai dari proses penanaman, penggilingan, hingga pengangkutan ke pasar. Mengingat kerumitan industri gula dari proses
penanaman hingga pengolahan menjadi gula, maka administrateur dibantu oleh jajaran karyawan dengan keahlian tertentu seperti zinder¸ chemicer, dan masinis. Posisi tersebut ditempati oleh orang
Eropa yang telah mendapatkan pendidikan di bidangnya. Seorang zinder
bertugas untuk mengawasi jalannya penanaman tebu di ladang hingga pengangkutannya menuju pbarik. Sementara tuga seorang chemicer adalah memastikan jika proses pengolahan menghasilkan
gula yang berkualitas. Setelah gula diproses melalui serangkaian proses yang panjang, chemicer akan membawa sampel gula ke laboratorium untuk menentukan kualitas gula. Oleh karena itu,
selain bekerja di pabrik, chemicer juga bekerja di laboratorium sehingga
chemicer harus dapat membagi waktunya antara berada di pabrik dengan di
laboratorium. Kemudian masinis bertanggung jawab pada pemeliharaan mesin, baik mesin
pengolahan ataupun lokomotif yang dipakai untuk membawa tebu ke pabrik.Tugas masinis selama musim giling
adalah yang paling vital karena kerusakan mesin berdampak pada proses produksi
secara keseluruhan. Karena itulah masinis harus siaga selama 24 jam mengingat
proses penggilingan berlangsung sepanjang hari secara terus menerus. Golongan
paling bawah adalah pegawai pribumi. Ada dua macam pekerjaan, yakni di lapangan
dan di pabrik. Selama bekerja, mereka berada di bawah pengawasan orang Eropa (Wiseman, 2001; 398-401). Sebagaimana
pabrik gula lain di Jawa, PG Kedungbanteng selama musim giling terus melakukan
penggilingan sepanjang hari. Dalam sehari pekerjaan di pabrik dibagi menjadi
dua shift, yakni shift malam dan siang yang setiap shift mencapai 12 jam
(Wertheim, 1993 ; 280). Tuntutan pekerjaan ini akhirnya mengharuskan para pegawai untuk sentiasa berada di dekat pabrik. Oleh karena itu, pabrik gula di Jawa pasti akan menyediakan sarana perumahan pegawai di dekat pabrik. Singkatnya jarak antara rumah pegawai dengan lokasi kerja selain memudahkan pergerakan dan komunikasi antara karyawan juga
membantu pemilik pabrik untuk menghemat ongkos transportasi pegawai (van Moll dan
Lugten, 1916; 9).
Van Moll dan Lugten melalui buku "Projecten van Woningen voor Suikerondernemingen" (1916) menerangkan seperti apa idealnya bentuk sebuah perumahan karyawan pabrik gula.
Menurutnya, perumahan pabrik gula yang baik adalah yang dapat menyediakan segala sarana untuk para pegawainya, baik untuk pegawai
Eropa atau pegawai pribumi. Sarana itu meliputi air bersih, saluran pembuangan,
jaringan listrik, lampu jalan, sosieteit, dan klinik kesehatan. Perumahan PG
Kedungbanteng dibangun di atas lahan yang belum ada permukimannya. Oleh sebab itu
dibuatlah pola jalan yang benar-benar baru. Kompleks perumahan PG Kedungbanteng tertata begitu indahnya dengan mengelilingi sepetak tanah lapang nan luas. Penataan ruang kompleks perumahan PG Kedungbanteng merupakan karya dari arsitek dan ahli tata kota Thomas Karsten yang namanya sudah cukup bergema dalam belantika arsitekur kolonial (De Nieuwe Vorstenlanden, 28 April 1924). Pola tradisional perumahan pabrik gula dimana rumah–rumah dibikin menghadap ke arah pabrik ditinggalkan oleh Karsten. Sebagai gantinya, rumah tersebut dihadapkan ke arah selatan dan dari sini semburat Gunung Lawu yang elok akan terlihat jelas jika cuaca sedang cerah. Karsten tampaknya mencoba untuk mengikuti anjuran Van Moll untuk memperhatikan pemandangan alam sekitarnya sebagai salah satu faktor penting dalam menentukan orientasi tempat tinggal. Mengingat lokasi PG Kedungbanteng sangat jauh dari perkotaan, maka diciptakanlah sebuah lingkungan hunian yang nyaman untuk para pegawainya seolah mereka tinggal di tengah kota. Di sekeliling lapangan yang saat ini dikenal sebagai Lapangan Gondang, rumah-rumah tua eks kediaman pegawai PG Kedungbanteng itu yang masih utuh dan dapat disaksikan sampai sekarang. Beberapa di antaranya kondisinya relatif baik seperti rumah yang sekarang ditempati Puskesmas Gondang dan Balai Rehabalitasi Disabilitas Grahita dan Ganda “Rahardjo”. Namun ada pula yang tidak terawat seperti bangunan di seberang Koramil Gondang.
Bekas rumah administrateur yang saat ini menjadi kantor kecamatan Gondang.
|
Berdiri di sisi timur lapangan, akan terjumpai bangunan lama yang
kini menjadi kantor Kecamatan Gondang. Halamannya begitu luas. Atap limas
dengan teritisannya yang lebar menjulang tinggi. Ukuran rumahnya lebih besar
daripada rumah-rumah lama di sekitarnya, menandadakan jika bangunan ini dahulu
ditempati oleh administrateur atau
kepala PG Kedungbanteng. Selain menata kawasan tempat tinggal, Karsten juga
merancang bangunan rumah tinggal pegawai PG Kedungbanteng. Rumah-rumah tersebut
dibuat dalam bentuk yang lugas namun elegan. Rumah adalah
identitas sosial penghuninya. Untuk mendapat pengakuan dari pegawainya sebagai
seorang pemimpin, maka administrateur memiliki bangunan rumah
yang paling megah dan kokoh di lingkungan sosial pabrik gula. Rumah administrateur pun
menjelma laksana istana kecil dalam kerajaan pabrik gula.
Persis di belakang kantor kecamatan, terhampar lapangan tenis dengan jalinan kawat yang memagarinya. Lapangan tenis ini mungkin telah ada sejak masa para meneer pegawai PG Kedungbanteng berdiam di rumah-rumah tua itu. Pembangunan perumahan pabrik gula, menurut van Moll dan Lugten (1916) juga harus diikuti dengan penyediaan sarana hiburan seperti lapangan permainan tenis. Hal tersebut merupakan upaya pemilik pabrik dalam rangka memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani pegawainya, sehingga diharapkan produktivitas pabrik bisa berkembang karena para pegawai bekerja dengan semangat dan dedikasi tinggi. Kehadiran lapangan tenis di lingkungan pabrik gula Belanda merupakan hal yang biasa karena olahraga tenis kala itu sednag digandrungi orang-orang kulit putih. Di zaman ketika hiburan tidak sebanyak sekarang, tenis menjadi sarana untuk memecah kejemuan rutinitas kerja pabrik yang monoton, apalagi untuk pegawai pabrik gula yang tinggal jauh dari pusat keramaian. Mungkin dapat dibayangkan pada zaman dahulu pada suatu sore yang cerah, sang tuan adminsitrateur bermain tenis dengan para pegawai lainnya. Orang-orang kulit putih berpandangan bahwa tenis adalah olah raga eksklusif untuk orang barat. Sebab itulah, orang-orang pribumi itu hanya dapat melihat para meneer menganyunkan raketnya dari luar pagar. Orang pribumi paling banter menjadi pesuruh yang bertugas mengambil bola tenis dan membersihkan lapangan.
Beringsut ke utara kantor kecamatan Gondang, dapat disaksikan empat buah rumah tua berhalaman luas dan berdiri saling berdekatan. Keempat rumah tersebut memiliki bentuk serupa dengan sebelahnya. Hanya satu rumah saja yang masih bisa dikatakan terawat, sementara sisanya tampak tercampakan begitu saja oleh pemiliknya. Biarpun terlihat renta dan terlantar, namun keindahan rumah itu masih belum pudar. Secara arsitektur, langgam rumah itu mencerminkan langgam arsitektur transisi, sebuah langgam yang melambangkan kemajuan jagad arsitektur di Hindia-Belanda yang sebelumnya begitu tergantung dengan arsitektur klasik yang menekankan pada penggunaan pilar. Lihatlah, rumah- rumah itu sudah tak dijumpai lagi pilar-pilar di beranda depannya. Langgam arsitektur transisi muncul di Hindia-Belanda sejak di penghujung abad ke-19 hingga tahun 1920an. Jika melangkah ke belakang, dapat dijumpai bijgebouwen, yakni bangunan tambahan di belakang atau samping rumah yang terhubung dengan rumah utama melalui sebuah selasar. Bijgebouwen pada dasarnya terdiri atas kamar pembantu, dapur, gudang, kamar mandi, dan garasi. Bagian tersebut sengaja diletakan terpisah dari rumah utama karena orang Belanda beranggapan kegiatan seperti mencuci dan memasak membuat kebersihan rumah utama berkurang (Handinoto, 2010 ;145).
Di perkampungan inilah dahulu PG Kedungbanteng berdiri.
|
Di sebelah timur dari rumah-rumah
tua itu, terdapat sebuah perkampungan yang bernama Mbabrik. Nama kampung itu
sekarang menjadi satu-satunya jejak yang tersisa dari PG Kedungbanteng, selain
rumah-rumah tua tadi. Mengapa PG yang besar itu bisa lenyap seketika ? Dalam
perjalanannya, nasib PG Kedungbanteng mengalami pasang surut. Dari keterangan
warga sekitar, pabrik gula itu sehabis musim giling perdana ditutup
untuk sementara waktu. Pasalnya ada konflik di dalam tubuh kepengurusan pabrik.
Masa istirahat tersebut selanjutnya dimanfaatkan untuk meningkatkan kinerja pabrik
dengan memperbarui instalasi mesin-mesinnya. Langkah lainnya mencakup pembelian
lokomotif uap baru sebagai pengganti hewan ternak yang selama ini tenaganya
masih digunakan untuk menarik gerobak tebu. Seusai masalah internal dibereskan,
PG Kedungbanteng kembali bergiling pada 19 Juni 1929 (Bataviasch Nieuwsblad
20 Juni 1929). Kala PG Kedungbanteng beroperasi,
perkebunan tebu sedang menjadi primadona para pengusaha Belanda karena
keuntungan yang ditawarkan amat tinggi. Berbagai tempat di Jawa, terutama di
Jawa Tengah dan Jawa Timur, bermunculan pabrik-pabrik gula yang asap hitamnya
membumbung tinggi ke langit. membuat pekat langit Jawa di kala musim giling.
Sebelum 1930an, tercatat ada 179 pabrik gula yang dulu pernah beroperasi. Namun belum lama PG itu mencapai masa puncaknya, datang sebuah
petaka besar. Permulaan tahun 1930an ,ketika pasokan gula melimpah di pasaran,
jagad industri gula di Jawa diguncang dengan Great Depression atau
krisis malaise. Harga gula akhirnya terjun bebas. Maka dibuatlah
kesepakatan Charbourne dagar harga gula membaik dengan cara mengurangi produksi
gula atau dengan kata lain, menutup pabrik gula. Imbasnya, banyak pabrik gula
di Jawa yang menjadi korban kesepakatan Charbourne. Salah satu yang menjadi
korban adalah PG Kedungbanteng. Van der Wijk Concern selaku pemilik PG Kedungbanteng,
telah memutuskan untuk menutup kembali PG Kedungbanteng pada tahun 1932. Namun
kali ini untuk selamanya (De Indische Courant 25 Februari 1932).
Paska
ditutupnya PG Kedungbanteng, bangunan pabrik diratakan oleh pemiliknya.
Sementara rumah-rumah pegawainya barangkali oleh empunya pabrik dijual ke orang
lain sehingga rumah itu masih utuh sampai sekarang. Tiada yang tahu bagaimana nasib rumah-rumah tua itu kelak
di kemudian hari. Apakah akan ada seorang baik yang membelinya kemudian
diperbaiki, dibiarkan merana begitu saja seperti sekarang, atau justru ia
akhirnya disingkirkan dengan serta merta sehingga generasi berikut tak dapat menjumpainya lagi ?
Referensi
De Nieuwe Vorstenlanden, 26 April 1924
De Nieuwe Vorstenlanden, 28 April 1924
Bataviasch Nieuwsblad,
20 Juni 1929.
De Indische Courant, 25 Februari 1932.
Dr. B. Ocker. 1934. Grondrecht en Grondhuur in Het Gewest Soerakarta. Yogyakarta : Druk van Kolf en Bunning.
Van Moll dan Lugten, C.H. 1916. Projecten van Wooningen voor Suikerondernemingen. Amsterdam : De Bussy.
Kalau pabrik gula kedung banteng didirikan tahun 1924, berarti mbah Gotho bukan orang tertua di dunia dong ya. Menurut sebuah artikel, umur mbah Gotho diperkirakan 146 tahun pada tahun 2017, berdasarkan keterangan beliau bahwa beliau ikut menyaksikan pembangunan pabrik gula tersebut pada umur 10 tahun. Artikel tersebut menyatakan bahwa pabrik gula kedung banteng didirikan tahun 1880.
BalasHapusIya, betul. Dengan demikian mbah gotho itu bukan manusia tertua di dunia. Kadang saya heran dengan media massa sekaranh yang kurang melakukan riset dan langsung bikin kesimpulan tanps dikritisi.
HapusArtikel-artikelnya sangat menarik dan bermanfaat terutama untuk pecinta sejarah seperti saya mas, lengkap dengan bukti dokumen-dokumen dan foto-foto. Makasih, keep posting.... :)
HapusTerima kasih atas apresiasinya :)
HapusYg dimaksud mbah gotho adalah didirikannya PG Mojo sragen tahun 1883
HapusBukan PG Kedoeng banteng
di gondang sendiri adakah komunitas yang peduli tentang sejarah dan peninggalan2 nya ?
BalasHapussiap ingin nggabung .trim
Saya sendiri kurang tahu karena saya sendiri bukan asli gondang dan hanya mampir ketika sedang KKN di Sragen. Mungkin ada pembaca lainnya yang tahu ?
HapusAda mas gabung aja ke karang taruna gondang baru, sampai sekarang kepedulian anak2 masih berjalan
Hapustulisan yang bagus dan menarik. terima kasih
BalasHapusjangan lupa mampir ke vlog saya ya... saya pernah tinggal di salah satu rumah tersebut
BalasHapushttps://www.youtube.com/watch?v=CDa6GELALuE
bukannya ini pabrik gula yang di ceritakan simpleman ya, yg lagi heboh di twitter tentang kkn desa penari? dia buat thread gtu tentang Pabrik gula di deket desanya.. bener gak sih hehehe
BalasHapusWah jadi tertarik dengan cerita pg Kedung Banteng yg menjadi viral saat ini, saya pernah mampir dirumah Dinas tersebut, karena teman saya waktu SMA tahun 1983 tinggal di situ
BalasHapusRumah itu 3 km jaraknya dari rumah saya. Kalau sekolah pasti ngelewati:D
BalasHapusWaktu kecil saya suka mencari tontonan asem Jawa dan godril buah trembesi yang tumbuh di kanan kiri jalan sepanjang bangunan tua tsb,wah lamunan saya jdi melayang ingat indahnya waktu kecil hidup di desa Gondang baru (rumah saya dekat dng orang menyebut KOSTIEN / seperti kubangan kolam renang mungkin dulunya tempat menampung cairan gula atau apa gitu ). Terima kasih tulisannya, menggugah kembali kenangan saya waktu kecil.
BalasHapusUntuk mas admin blog lengkong sanggar ginaris, bolehkah saya minta kontak atau akun sosmed nya? Saya ingin meneliti komplek rumah belanda tersebut.
BalasHapusSaya ada FB dengan nama yang sama dengan profil saya
HapusLengkong Sanggar Ginaris
BalasHapusSaya waktu kecil suka bermain bersama teman" saya seumuran dgn sy di bangunan kantor kecamatan lapangan pabrik penggilling padi dll dan sy sering ke kantor adminitrasi pabrik pg mojo gondang utk menemui almarhum ayah sy yg kebetulan pegawai pabrik pg mojo sragen sbg adminitrasi bagian sekertaris nya di tugaskan di kantor pg mojo gondang...
Terima kasih atas sharingnya yang berdasarakan sumber literatur yang baik.
BalasHapusNyumbang info, walaupun sudah 35 tahun di Sintang Kalbar, tapi masih ingat 48 th yang lalu aku biasa angon wedus dilingkungan bangunan ex pabrik gula tsb.
BalasHapusLapangan tenis jaman itu belum ada, kalau nggak salah baru dibuat akhir tahun 80an.
Alhamdulillah tahun ini bisa mampir ke itu. Cuma masih ada rasa penasaran saya bekas bangunan pabik gula Kedung Banteng lah yang masih belum tahu ??
BalasHapusUmurku udah 81 th lebih..sewaktu kecil pulang nonton bola selalu beteriak ke arah bangunan pabrik..lalu teriakan itu menggemua. Sayang kenapa bangunan yg murah itu diratakan ! Kami zaman itu tahunya pak "Dimik'lah yang melakukannya. Dulu aku tinggal di selatan Kawedanan
BalasHapusCV BAHAGIA SUKSES MAKMUR spesialis pusat pembuatan blower centrifugal, kami membuat blower centrifugal direct dan panbelt, dengan spesifikasi sesuai kebutuhan anda, kami melayani mulai dari perencanaan, survay, pembuatan hingga pemasangan blower industri.
BalasHapusuntuk informasi dan penawaran menarik lainnya silahkan hub : 081996000567 ( rini ) / 081316140397 ( rico )
CV BAHAGIA SUKSES MAKMUR
https://pembuatanblowertangerang.blogspot.com/
https://pabrikblowertangerang1.blogspot.com/
PINTEREST
https://id.pinterest.com/bahagiaseksesmakmur52/
TWITTER
https://twitter.com/bahagia_makmur
INSTAGRAM
https://www.instagram.com/jualblower/?hl=id