Beberapa kilometer dari pondok pesantren Tebuireng, pesantren terbesar di Jombang, terdapat sebuah desa yang pada masanya pernah menjadi pusat siar Kristen di Jawa Timur di masa kolonial. Desa itu bernama Mojowarno. Bagaimanakah Mojowarno dapat tumbuh menjadi sebuah desa Kristen di tengah kabupaten yang pondok pesanternya berjibun itu ?
Letak Mojowarno pada peta Jawa Timur. Di masa kolonial, Mojowarno masuk ke dalam Karesidenan Suabaya. |
Beserta kawan saya,
Samuel Heru P, kami berangkat dari Mojokerto menuju Mojowarno. Selama di
perjalanan, saya tak habis pikir, bagaimana sebuah tempat yang dulunya hutan
lebat tak bertuan bisa disulap menjadi desa Kristen paling berpengaruh di Jawa
Timur. Sesampainya di Mojowarno, saya mendapati sebuah desa yang sekilas
terlihat seperti desa-desa di Jawa Timur pada umumnya, rumah-rumah petak dengan
halaman lumayan luas berdiri di sepanjang jalan. Sebagian besar penduduknya
mengais rezeki dengan menjadi petani, mata pencaharian yang sama dengan
penduduk yang dulu membuka Desa Mojowarno.
Sebelum mengenal
Mojowarno lebih lanjut, kisah akan dimulai dulu dari Ngoro, suatu desa di selatan Jombang yang
menjadi titik awal penyebaran agama Kristen di Jawa Timur. Di sana, tersebutlah
seorang mantan zinder hutan jati
bernama Coenraad Laurens Coolen yang akhirnya menjadi tuan tanah di sana.
Coolen sendiri hanyalah orang Kristen awam, bukan pendeta ataupun penyebar
agama. Namun pria keturunan Rusia-Jawa itu mencoba untuk mengajarkan agama
Kristen kepada para pekerjanya. Apa yang dilakukan Coolen terbilang nekad
karena pemerintah kolonial secara tegas melarang penyebaran Kristen di tengah
pemeluk Islam karena dapat menimbulkan perselisihan. Selama mengajarkan agama
Kristen, Coolen menerjemahkan pengakuan iman rasuli, hukum sepuluh perintah
tuhan, dan doa bapa kami ke dalam bahasa Jawa. Maka dari itulah ajaran Kristen
ala Coolen seringkali bercampur dengan kepercayaan lokal. Kemudian ada pengikut
Coolen yang bernama Wiryoguno, seorang dalang berdarah Madura yang tersohor
namanya di Sidoarjo dan Surabaya. Wiryoguno memiliki ketertarikan kuat akan
ilmu kanuragan dan ilmu kebatinan sehingga tatkala ia mendapat wangsit untuk
mendalami ilmu Musqab Gaib ia pun
melakakun sebuah pencarian yang akhirnya mempertemukan Wiryoguno dengan Coolen
di Ngoro. Setelah bertemu dengan Coolen, ia melanjutkan pertemuan dengan Emde di Surabaya. Di sana ia dibaptis dan setelah itu nama Karolus kemudian dibubuhkan padanya. Wiryoguno bercita-cita untuk bisa membangun sebuah desa bersama keluarganya.
Hutan Kracil di dekat
Ngoro menarik perhatian Wiryoguno. Setelah menerima izin membuka hutan dari
residen Surabaya dan mengurus birokrasi di Mojokerto, Wiryoguno beranjak ke
Dukuh Dagangan yang berada di dekat Hutan Kracil. Di dukuh itu, Wiryoguno bersua
dengan rekan lamanya di Ngoro, Ditotaruno yang diusir oleh Coolen dari Ngoro. Hutan Kracil
yang luas itupun dibuka secara perlahan dan menjadi padukuhan baru. Oleh
Wiryoguno, padukuhan itu diberi nama
“Mojowarno”, diambil dari kata Mojo karena berada di dekat pusat
kerajaan Majapahit dan “warno” karena penghuninya berasal dari beragam daerah
dan latar belakang sosial dan budaya yang berbeda. Singkat cerita, pada 1850, Hutan
Kracil yang angker itupun akhirnya berganti menjadi tiga desa makmur, yakni Mojowarno, Mojowangi dan Mojoroto. Tiga desa itu
tumbuh sebagai desa agraris dengan membuat proyek seperti irigasi, bendung, dan
jalan penghubung antar desa. Setelah berita pembukaan Hutan Kracil terdengar di
telinga pemerintah kolonial, maka tiga desa tersebut diresmikan dengan
Wiryoguno sebagai Bau Aris atau koordinator kepala desa. Tiga desa yang didirikan oleh orang Jawa
Kristen itu menarik orang Kristen Jawa di tempat lain seperti Paulus Tosari,
Yakobus Singotruno, Simon Suryo, dan lain-lain yang ada di Sidokare, Sidoarjo. Pendatang
baru ini diterima dengan baik oleh Wiryoguno dan mereka dipersilahkan untuk
membuka hutan. Hutan-hutan itupun akhirnya menjadi tiga desa baru, yakni
Mojodukuh, Mojokembang, dan Mojojejer. Enam desa ini kemudian membentuk kesatuan jemaat
yang bernama jemaat Mojowarno.
Tahun 1851, tibalah di Mojowarno, seorang pengabar Injil kelahiran Frieslan, Belanda. Namanya Jelle Eeltje Jellesma, pendeta yang diutus oleh kelompok pekabar Injil Nederlands Zending Genootschap (NZG) ke Jawa Timur. Saat Jelessma tiba di Mojowarno, desa itu dipimpin
oleh Kyai Abisai Ditotaruno. Jumlah jemaatnya sudah mencapai 244 orang, angka
yang besar untuk sebuah desa pelosok. Selain mengajarkan Kristen, Jellesma juga
membuka sekolah. Sayangnya tugas Jellesma di Mojowarno berlangsung singkat
karena ia keburu meninggal pada 1858. Walau saat itu sudah banyak orang Jawa
yang memeluk Kristen, hal tersebut tidak berarti menjauhkan mereka dari
perilaku buruk seperti menghisap madat, mabuk, dan berjudi. Buruknya moral orang
Jawa Kristen menimbulkan kekecewaan di kalangan penginjil Belanda seperti Pdt. Harthoorn yang menganggap zending di Jawa adalah sebuah kegagalan.
Namun anggapan Harthoorn tidak berlaku pada Paulus Tosari, Pdt. Hoezoo, dan
Pdt. Kruyt senior. Mereka adalah pengganti Jellesma di Mojowarno yang dengan
sabar mengajarkan Kristen di kalangan orang Jawa. Disemai
sepenuh hati secara perlahan oleh penginjil Belanda dan Jawa, tunas Kekristenan di Jawa Timur
itu mulai tumbuh ( Nortier, 1939; 70 ).
Pendeta J.Kruyt (1835-1918), pendeta Belanda terlama di Mojowarno. (sumber : Van Zendingsarbeid tot zelfstandige Kerk in Oost-Java). |
Ary Kruyt, putra pendeta J. Kruyt yang membantu ayahnya di Mojowarno (sumber : Van Zendingsarbeid tot zelfstandige Kerk in Oost-Java ). |
Saya kini berdiri termenung di hadapan bangunan GKJW
Mojowarno yang terlihat sangat anggun dengan gaya neogotiknya. Umat gereja ini
memang terdiri dari orang-orang Jawa, namun tampilan bangunan gereja itu justru
terlihat sangat Eropa. Di bagian fronton, tertera tulisan aksara Jawa yang
berbunyi “Duh Gusti ingkang kawula sinten malih ? Paduka kagungan
Pangandikanipun gesang tanggeng” dan “Margane slamer rahe pamenthangan”. Jika
diterjemahkan, pesan dari tulisan tersebut adalah kepasrahan jemaat gereja pada
Tuhan. Hingga sekarang gereja ini masih menjadi tempat diajarkannya ajaran
Kristen yang dibawakan oleh Isa Almasih dua ribu tahun silam. Melangkah kaki ke
dalam, aura kekunoaan gereja masih belum lekang sama sekali.
Lukisan gedung gereja setelah selesai dibangun ( sumber : troppenmuseum.nl ). |
Gedung gereja GKJW
Mojowarno adalah warisan kemandirian jemaat Mojowarno di masa lampau. Untuk
mengatur jemaat yang semakin banyak, maka pada 1873 dibentuk majelis gereja.
Sungguhpun jemaat Mojowarno adalah penganut Kristen yang taat, nyatanya mereka
juga mahir dalam mengatur keuangan dan mengelola harta benda. Keadaan semakin
menguntungkan karena tidak seperti di tempat lain, tanah pertanian sepenuhnya
dikuasai oleh jemaat Mojowarno. Sejak tahun 1871, jemaat menghimpun tabungan
untuk pembangunan gereja dengan membentuk lumbung persekutuan. Para jemaat
secara sukarela akan menyerahkan sebagian hasil panenan kepada lumbung
persekutuan, lalu hasil panenan yang terkumpul dijual dan pendapatannya
disimpan di De Javaasche Bank cabang
Surabaya. Dana yang berhasil
terkumpul sebesar 25.000 gulden. Dengan uang yang terhimpun tersebut,
pada 1879 mereka mendirikan gedung gereja Mojowarno yang tampilannya tak kalah
megah dengan gedung gereja bikinan pemerintah kolonial yang ada di kota-kota
besar. Pembangunan gereja ini ditandai dengan upacara peletakan batu pertama
yang dilakukan oleh Christina Catarina Kruyt
pada 24 Februari 1879 dan upacara tersebut diabadikan pada sebuah prasasti
yang masih menempel di dinding gereja. Gereja yang selesai dibangun tahun 1881
ini tak sekedar wujud ketaatan jemaat Mojowarno pada agama Kristen. Lebih dari
itu, ia juga simbol kemakmuran Mojowarno berkat kemandirian jemaatnya (
Nortier, 1939; 76 ).
Suasana sidang pertama Madjelis Agoeng pada 12 Desember 1931. (Sumber : datacollectie.nederland.nl). |
Majelis Agung GKJW di Mojowarno pada 1931 (sumber : Van Zendingsarbeid tot zelfstandige Kerk in Oost-Java). |
Saya kemudian beranjak
naik ke menara lonceng. Di sana saya menjempui sebuah lonceng besar yang sudah
tak tergantung lagi di tempatnya dan hanya tergeletak di dalam menara. Sebuah
lambang cakra dibubuhkan pada lonceng perunggu tersebut dan mengingatkan saya
pada keraton Cakraningrat yang ada di Madura. Karolus dan keluarganya memang
masih ada pertalian darah dengan keraton Cakraningrat. Ia adalah putra ke 3
Pangeran Cokrokusumo dan cucu dari Sultan Cakradiningrat II.
Sekolah zending Mojowarno. |
Rumah Sakit Kristen Mojowarno kini dan dulu. |
Para pasien zendinghospitaal Mojowarno yang sedang mendapat perawatan. |
Makam orang Jawa Kristen. |
Slaah satu makam dengan batu nisan berbahasa Jawa. |
Makam Karolus Wiryoguno dan istrinya yang kedua. |
Makam J. Kruyt dan Ary Kruyt. |
Di saat saya melihat makam sembari membaca isi batu nisan, secara lekat
mata saya menangkap sebuah nama yang tampaknya cukup familiar. “Johannes Kruyt”.
Sayapun akhirnya sejenak termenung di hadapan makam tua itu. Inilah makam dari
pendeta berwajah tenang yang berjasa membesarkan jemaat Mojowarno bersama
Karolus Wiryoguno. Kontras sekali perbedaan makam keduanya. Makam Karolus
terlihat berkilau setelah dipugar. Sementara makam J. Kruyt terlihat jangkankan
terawat, ditengok pun tampaknya jarang. Batu nisannya tampak sudah pecah dan semak-semak tumbuh liar di
sekitarnya. Keadaan makam anaknya, Ary Kruyt, juga sama-sama tidak terawat. Walau demikian
setidaknya patut disyukuri jika batu nisan makam mereka masih utuh di tempatnya
sehingga siapapun masih dapat mencari jejak zending
Belanda yang berperan penting dalam penyebaran Kristen di Jawa Timur. Selain
makam J.Kruyt dan Ary Kruyt, ada pula makam Adriaan Nortier, salah satu dokter
yang pernah bekerja di RS Mojowarno. Termasuk di sana, ada makam Ismael, si
dokter Jawa dan istrinya. Keberadaan makam-makam tersebut memperlihatkan bahwa
para dokter tersebut rela meninggalkan zona nyaman dan mencurahkan hidupnya
untuk memberi pelayanan yang terbaik sekalipun itu berada jauh dari tempat asal
mereka.
Warisan budaya di Mojowarno selain bangunan-bangunan
kunonya yang masih terpelihara, adalah tradisi riyaya unduh-unduh. Dengan latar
belakang agraris, penduduk Mojowarno merupakan para petani yang masih
menghormati tradisi Jawa, dimana sebagai bentuk Rasa syukur atas panen melimpah
biasanya akan digelar upacara tertentu. Agar tradisi leluhur dapat selaras
dengan keyakinan mereka sekarang sebagai umat Kristen, maka digelarlah tradisi
riyaya unduh-unduh sebagai rasa syukur kepada Tuhan atas nikmat berupa hasil
panen yang melimpah. Setiap musim panen padi tiba, Mojowarno akan riuh dengan
tradisi rutin tahunan tersebut, dimana berbagai penduduk dari berbagai latar
belakang ras dan agama dapat menyaksikan tradisi riyaya unduh-unduh ini. Saat
upacara digelar, halaman gereja akan dipadati dengan gerobak hias yang
mengangkut hasil bumi, makanan, dan hewan ternak yang nantinya akan didoakan.
Setelah didoakan, barang-barang tersebut dilelang dan hasilnya digunakan untuk keperluan gereja. Tradisi ini
selintas persis dengan tradisi slametan di berbagai tempat di Jawa yang mulanya
menggunakan mantra-mantra berbahasa Jawa Kuno, berganti dengan doa
berbahasa Arab ketika agama Islam masuk, dan di Mojowarno yang sebagian besar penduduknya beragama
Kristen, dipakai doa-doa cara Kristen.
Masa lalu memang belum habis di Mojowarno.
Bahana lonceng gereja yang dibangun lebih dari seabad silam masih bergema
setiap minggu. Murid-murid masih ceria belajar di sekolah yang dulu dibesarkan
para zending dan para pasien masih
mendatangi rumah sakit yang sudah ada sejak paruh pertama abad 20. Tradisi
riyaya unduh-unduh, pasar rakyat khas Mojowarno juga masih diselenggarakan
setiap musim panen. Dengan saling menghargai perbedaan, jemaat Kristen Mojowarno
hidup rukun bersama lingkungan masyarakat Islam yang kental seperti Jombang,
yang dikenal sebagai tempat kelahoran ulama-ulama kondang seperti K.H. Hasyim
Asyari, K.H, Wachid Hasyim, hingga Abdurahman Wahid yang membesarkan organiasi
Islam paling berpengaruh di Indonesia, Nahdalatul Ulama. Ya itulah Mojowarno,
pusat siar Kristen di Jawa Timur yang masa lalunya belum habis.
Referensi
Crommelin, D. 1909. Modjowarno, Een Zendingpost. Rotterdam ; Eletriche Drukkerij M.Wyt &
Zonen.
Hadi Wahjono,
Bau Aris R. Karolus Wiryoguno : Pemimpin Babad Hutan Kracil (Cikal Bakal
Berdirinya Desa-Desa di Mojowarno), Taman Pustaka Kristen Indonesia (TPK),
Yogyakarta.
Nortier, C.W . 1939. Van Zendingsarbeid tot zelfstandige Kerk in Oost-Java. Zendingstudie-raad
.
Wolterbeek, J.D . 1995. Babad Zending di Pulau Jawa. Yogyakarta ; Taman Pustaka Kristen.
Saya sgt terkesan membaca tulisan mengenai sejarah di blog ini, sangat informatif dan padat akan nostalgia masa lalu. Tulisan anda sgtlah bagus dan sgt profesional. Jujur, sebelumnya saya sgt tidak suka dengan tulisan-tulisan di buku maupun dimedia elektronik yg membahas ttg sejarah, saya mengganggap membaca catatan sejarah itu hanya membuang-buang waktu dan membuat kepala pusing karena deretan hurufnya yg panjang menjuntai. bahkan saat saya mengenyam pendidikan lanjutan dalam Ilmu teknik, Buku / Catatan Sejarah hampir tidak pernah saya lirik.
BalasHapusTetapi setelah tdk sengaja menemukan blog ini dan membaca artikel ttg Stasiun Gundih, entah kenapa saya merasa sgt senang dan tertarik dengan sejarah. Tulisan yg informatif, tidak monoton dan sangat profesional. Semoga blog ini selalu menjaga hal-hal tsb.
Saya harap http://jejakkolonial.blogspot.com/ ini terus menuliskan catatan sejarah Indonesia lebih luas lagi.. agar org yg buta akan sejarah seperti saya ini, dapat merasakan kejayaan masa lalu yg luar biasa dan mengenal lebih dalam lagi nilai sejarah Indonesia.
Terima kasih.
Terima kasih atas sanjungan yang sudah anda berikan.
HapusJauh dari purworejo menuju mojowarno jombang..Sangat bersemangat mengumpulkan kembali ingatan masa lalu melalui tinggalan budaya materinya.
BalasHapusKalau boleh nambahi, ada tertulis riwayat Gereja di dahului cerita tentang Coolen yang "Awam, bukan pendeta ataupun zending". Nah, di daerah Ngoro ada GKJW Ngoro, Jombang. Dengar-dengar itulah cikal bakal yang dahulunya sebatas Komunitas Kristen Jawa lalu menjadi berlembaga. Artinya komunitas itu tak mampu mempertahankan eksistensi sebagai komunitas dan akhirnya ikut arus Belanda. Monggo diinterpretasikan sendiri maksudnya. Bahkan di Ngoro ada makam yang tak terurus di sanalah Coolen RIP.
Saya juga pernah degar juga kalau Kyai Sadrach ada hubungan juga dengan pemikiran coolen. Semoga ini bisa jadi ide baru untuk menelusuri jejak Sadrach dan pemikirannya terhadap arus zending pada masa itu. Tetap menulis untuk melawan lupa!
Betul, sejatinya cikal bakal komunitas Kristen di Jawa Timur ada di Ngoro, tapi di Mojowarno lah komunitas Kristen mendewasakan diri dan menjadi suatu lembaga yang diakui.
Hapussaya cucu eang abe saiditoruno.saya bangga pada leluhur saya .makam eang ada di sebelah makam rumah nenek saya.
HapusTerima kasih atas ulasan sejarah cikal bakal penyebaran agama kristen di jawa timur. Soalnya menurut cerita nenek saya berasal dari Mojowarno, dan hijrah ke desa Tulungrejo.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusSedangkan saya sendiri sekarang sudah pindah dan menetap di kota Manado... jadi ingin berkunjung ke Mojowarno.
BalasHapusSenang mengetahui sejarah kekristenan di mojowarno. Semoga umat Kristen di sana ttp setia imannya meski banyak tjd kawin campur.
BalasHapusNama saya,Yama Dayaka Radimin. Kmi.bersaudara adalah cucu dri eyang R.A.Manirah Murtopo,yang berada di desa Bongsorejo, dekat Mojowarno. Kmi keturunan dri mbah buyut Raden Anas Wardiman dn canggah Raden Klas Waridin Wirosastro. Semua keturunan eyang R.A.Manirah Murtopo sebagian besar masih di desa Bongsorejo. Saya dan keluarga saya, sekarang berada di Canberra, Australi. Puji Tuhan bahwa sampai sekarang masih memiliki buku Sejarah Keluarga Raden Paing Wiryoguno Alias Karulus. Tuhan mmberkati. Canberra 2 Oktober 2019. Adik kami alm dr.Agung Sudharmanto pernah bekerja di RS Mojowarno, jga alm dr. Sudjatmoko, mantan Kepala RS Mojowarno.
BalasHapusMbah Putri asli mojowarno
Hapussaya juga trah dari raden paing yg tinggal dimojowarno
HapusMaaf pembetulan, eyang R.A.Manirah Murtopo Abenar. Canberra 1 Oktober 2019. Puji Tuhan.
BalasHapusSekali lgi pembetulan , eyang R.A. Manirah Mustoko Abenar
BalasHapusTerimakasih sdh menuangkan tulisan ini. Salam kenal dari saya. Sy, Evita Anggraeni Mestoko, adalah keturunan canggah Karolus Wiryoguno. Buyut sy bernama Simsim Mestoko (Putra ke-3 canggah Karolus Wiryoguno), yg ikut membangun GKJW Ngoro. Kakek sy, Drijo Mestoko, adalah pendeta pertama GKJW Mojowarno yg asli pribumi.
BalasHapusKlhtannya kita saudara meski jauh saya msh segaris dng mbah samodin simson saudara dr mbah wiryoguno
HapusSaya pribadi keturunan dari keluarga Eres , mbah kakung mustopo dan mbah putri kasruci buyut saya ,
BalasHapussaya sewaktu kecil pernah berkunjung ke mojowarno sempat diadakan arisan keluarga untuk mempertemukan saudara saudara yang terpisah, namun sekarang sudah tidak ada lagi acara arisan keluarga yang secara rutin diadakan, hanya sesekali bertandang dan bersilahturahmi dengan keluarga di mojowarno. sepertinya rumah kuno yang ada di blok ini adalah rumah eyang buyut saya yang bernama R. Soemantri Suryo. mohon tanggapannnya perkenalkan nama saya dwidjo andrijanto anak dari R. Soerjanto cucu dari R. Soermarto dan buyut eyang R. soemantri Suryo
BalasHapusR.Soemarto adalah putra ke dua dari R.Soemantri Suryo dengan éyang buyut Simon Suryo. Éyang buyut saya juga R. Soemantri Suryo Cucu dari Éyang Sumilih putri ke 5 dari eyang R. Soemantri Suryo. Rupanya Mas Dwidjo, sampean kakak tertua saya.. Hehee Informasi yg saya terima kita semua sedang mengumpulkan data untuk mengumpulkan semua keluarga dari R. Paing Wiyoguno dan itu sdh dimulai pada akhir Desember 2019
HapusSilsilah dari cucu R. Soemantri kemarin saya lihat terputus sampai di putra putri eyang saja. Sementara cucu dan cicitnya belum ada update
HapusMas Hari matur nuwun atas informasinya ini akan menjadi awal dari pertemuan keluarga yang lama tidak bersua. Mohon info alamat Sampean Mas Hari kalau berkenan spy saya bis main main ke rumah
BalasHapusSaya di jakarta selatan.berbatasan dengan Tangerang
HapusKemarin saya sempat bicara dengan kakak saya soal rumah itu, rupanya tidak banyak yg tahu. Mungkin ibu atau pak Lek saya yg tahu, karena mereka ada di Mojowarno (mojojejer). Kemarin aku sempat motret anak anak R.Soemantri kl tidak salah ada 9 orang
HapusAyuk biar kita bisa mengawali, mumpung ibu saya masih sehat dan juga putra putri dari eyang Susianah (putri bungsu buyut R. Soemantri) masih komplit
HapusKirim no. Hp di blog ini aman nggak... Hehee
HapusSaya selaku penulis blog ini turut bahagia karena melalui blog ini bisa menyambung kembali tali persaudaraan.
HapusIya. Terimakasih
HapusBaik terima kasih Mas Hari...he...he...ya yang lebih pas memang saya bertandangnya ke mojowarno ( mojojejer ) kalau ke jakarta malah kejauhan. Terima kasih Mas Hari sampai ketemu kalau kebetulan sedang mudik ke mojowaro ( mojojejer ).
BalasHapusSampean tinggal dimana.. Kalau mau ke Mojowarno ibu saya (anak tunggal eyang sumilih) masih ada. Namanya Suharni (di Mojowangi)
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusMbah asli mojowarno
HapusSaya harus panggil apa.....Ibu atau Mbak..terima kasih Sdri Lengkong Sanggar Ginaris anda sudah sempatkan waktu dan tenaga untuk menulis blok ini tentang asal usul mojowarno dan desa sekitarnya yang bisa jadi pengetahuan buat anak cucu generasi mendatang terutama buat kami yang adalah anak cucu dari tokoh tokoh sejarah yang pernah ada di mojowarno. Terima kasih.
BalasHapusTrm kasih bnyk data dokumen ilmiah sejarah mojowarno ngoro cikal bakal syiar kristen.
BalasHapusSaya cucu dari tuan coolen
Hapusadakah daftar nama keturunan coolen?
HapusLeluhur sy pun dr mojowangi dr ismail pny ank dua kembar ella suratna di tebel bareng gkjw ngoro dan ely suratni di sby,dan eyan sy adalah ella suratna yg menikah dg kakek sy rusman harjotenoyo guru kpl sekolah saat itu di tebel bareng, trm kasih snua nya
BalasHapusSaya cucu dri tuan coolen
HapusPuji Tuhan.Tuhan Yesus baik.amanat agungNya yaitu kabarkan keselamatan/kabar baik mulai dari Yerusalem hingga penjuru dunia.dan tanah jawa boleh tersentuh Kabar baik itu lewat para hamba hambaNya seperti eyang Tunggul wulung ,eyang Sadrach dll.kita berdoa semoga tanah jawa penduduknya banyak yg diselamatkan dan menjadi pengikut kristus.Amin
BalasHapusJawa ( barat ,tengah ,timur) untuk Kristus
BalasHapusdulu saya lahir dan besar di GKJ dan menikah di GITJ
BalasHapusSaya mau ke Monowarno utk meneliti lagi ni. Boleh minta kontaknya mas? Spy bisa saya tanya2 hehe..
BalasHapuskalau boleh tau foto rumah tua itu alamatnya di mana ya?
BalasHapusAda di desa Mojoroto. Pinggir jalan raya
HapusRumah tua tsb ada ditepi jln raya, jl Merdeka no.14 desa Mojoroto.
HapusKondisi saat ini sudah sy rehab.tapi bentuk dan warna rumah tetap asli.
permisi kak makam dari J.Kruyt itu ada dimana ya? apakah jadi satu dengan makam J. E. Jellesma?
BalasHapusKalau melihat tempatnya di foto, itu pemakaman di desa Mojowangi, disana banyak sekali makam para leluhur dan tokoh tokoh pendiri Mojowarno
HapusTermasuk J.E Jellesma apakah dimakamkan di mojowangi mas?
HapusKalau mau menelusuri, sepertinya aku harus pulang kampung dulu... Hehee.. Aku nggak hafal...
HapusKemungkinan besar ada disana karena hampir semua dimakamkan di Ds Mojowangi.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusLokasi makam tersebut dari GKJW kemana mas, mungkin ada ancer-ancernya? trimakasih sebelumnya
HapusKalau dari RSKM atau Gereja, arah ke utara sekitar 50 - 100 m ( Gereja, RSKM,Kantor Kecamatan Mojowarno depannya lapangan,pertigaan) sampai pertigaan maju sedikit belok ke kanan, masuk Jl Kamboja ( Toko Keluarga ) , ikuti jalan itu terus sampai ujung jalan . Nah... Ujung jalan itulah tempat pemakaman Ds. Mojowangi, mungkin sekitar 3 km. oya, nanti kalau sudah dipertigaan, tanya saja arah ke Makam Ds Mojowangi. Jalannya sawah semua Oya Mbak Linda dari mana
HapusBukan ujung jalan desa ya. Kalau ssmpai ujung jalan desa , langsung saja kekanan... Ikuti jalan itu, ujungnya adalah pemakaman
Hapussaya dari kecamatan mojowarno juga, dari desa Menganto tapi nggak tau lokasi makam tersebut, hehe. Makasih banyak mas informasinya
BalasHapusKalau dari Nganto, pertigaan sebelum lapangan belok ke kiri. Sama sama bu Linda
HapusMbah Putri asli Mojowarno jombang
BalasHapusMbah Putri saya asli Mojowarno Jombang
BalasHapusSemoga gereja setempat bisa memperbaiki dan memelihara makam j Kruyt dan putra nya .😭.with all my respect to J Kruyt dan para penyebar injil di tanah Mojowarno
BalasHapusSK
BalasHapusSalam kagama. Mas Hari saya putra dr Soemarmi Kahar putri dari Mbah Iprayim Setu Brontodiwiryo ds Tunjungrejo Yosowilangun. Mohon buku Silsilah klg Kakek Buyut Carolus Wiryoguno. Saya di Pontianak Kalbar.. GBU
BalasHapusSalam juga Bib Giplu , saya sendiri belum punya, apakah buku tersebut sudah selesai atau belum, karena saya tidak leribat dalam kepanitiaan dan saya sendiri domisili di Jakarta
HapusAnak dan menantu Simon Surya bernama Wuryan Agustinah + Ledius, dari pasangan tsb memiliki anak dan menantu bernama Arestinah + David ( David pasangan dari Sinah + Bernadus ).
BalasHapusMungkin dari nama diatas ada persamaan dengan sedulur lainnya
Waahh....kita satu server nih pak Tino Julianto, saya dari Trah Timotius, dan itu putra kedua dr eyang Simon Suryo. Sementara Wuryan Agustinah putra/putri ke 4 dari eyang Simon Suryo. Sayangnya saya tidak punya buku silsilah lengkapnya. Agak ruwet bacanya...hehe
HapusIya Mas Hari jarang ada penelitian mengenai trah terlebih lagi trah dari masyarakat Kristen jawa. Berbicara trah berarti tentang genealogi atau garis keturunan dalam sudut pandang masyarakat jawa.
BalasHapusPada Buku “Javanese trah , kin based social organization” bahwa….”the basis of ‘trah’ organization is tracing of genealogical relations back to an apical ancestor using charts (sorosilah) a custom which has a long tradition on java. (dasar dari organisasi trah adalah pencarian hubungan genealogi dengan menggunakan silsilah, sebuah tradisi yang sudah lama bertahan di jawa).
Ini bermakna bahwa trah merupakan tradisi yang sudah mengakar kuat dalamkebudayaan jawa. Trah berasal dari pencarian kembali hubungan kekerabatan, antara generasi yang paling muda dengan generasi yang lebih tua yg dilakukan dengan menarik garis silsilah.
Keberadaan sebuah trah juga didasari oleh sebuah ungkapan dalam bahasa jawa yaitu ngumpulake balung pisah / mengumpulkan tulang2 yg berserakan, ben ora kepaten obor /tidak kehilangan hubungan kekerabatan, tuna satak bali satak / lebih baik kehilangan uang tetapi mendapatkan kerabat.
Sekarang ini lagi ditelusuri jejak jejak itu dan sepertinya baru dimulai thn 2018 (kalau tdk salah), dan diresmikan akhir 2019 dan sudah ada paguyubannya, berpusat di Mojowarno , bisa dicari di youtube. Mulai keturunan Kesultanan Bangakalan sampai munculnya desa Mojowarno. Secara organisasi sudah dibuat untuk menelusuri trah tersebut, seksi seksi dll. Melalui Blog ini, kemarin saya bisa menemukan keluarga kakek buyut dan sdh reuni online
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusLanjutkan....
BalasHapusKumpul kumpul... hehehe
HapusBanyak kenangan di Mojowarno, tempat kelahiran dan dimana saya dibesarkan.
BalasHapusKakek/Nenek kami (sembilan bersaudara) anak dari bp. Syahri Bin Paimin + ibu Siti Mukminah binti Tirto Dihardjo berasal dari Mojowarno.
BalasHapusKami lahir, tinggal dan belajar (sampai SMP) di Mojowarno.
Rumah ortu masih ditinggali kakak saya (Ninik Wulandari) yg menjadi guru di Yayasan Pendidikan Pancasila di Mojowarno.
Salah satu pendiri Yayasan tsb. adalah kakak sepupu saya alm. Machmud Arief.
6 kakak saya (termasuk alm. Mudjiono) bersekolah di SMPK Mojowarno.
Satu kakak perempuan (Moeljaningsih) sekolah perawat di RSK Mojowarno.
Satu kakak perempuan (Pudjiastuti) smp di Solo.
Adik bungsu, Tatag Yudianto (saat ini menjabat Kades Mojowarno) sekolah di SMPN Bareng.
Terimakasih, semoga berkenan.
salam paseduluran sampek tuwek.
Andik Susanto.
Duren Sawit - Jakarta Timur
Kusen adji dan Siti zahroh bin dan binti marekan istri sutianah
HapusMojowarno saya anak cucu Mbah marekan
Buyut saya juga asli mojowarno, buyut saya yang laki namanya moesngali woeljo oesodo,buyut saya yang perempuan namanya soetijaningsih jonathan.
BalasHapusHow do I sign up and start gambling on the free spin of Betway
BalasHapusAs you 과천 출장샵 can 경산 출장샵 see, Betway Casino is 포천 출장마사지 a real online gambling platform that allows you to make real money 이천 출장샵 bets with no wagering requirements. Betway has 하남 출장안마 a huge
Saya berasal dari keluarga eres Mbah Putri saya bernama Kasruci , Mbah Kakung saya bernama Moestopo ..... bapak dan ibu saya sudah Meninggal dunia dan kakak kandung bernama Tutik Setya Rohani dan Dwi Haryanto , Dwi Haryanto kakak kandung yang No .2 dari 4 bersaudara meninggal dunia sudah 7 hari ini beliau di makamkan di TPU Lingkar timur Sidoarjo , Asli Mojowarno Jombang Terima kasih .
BalasHapusBangunan RS Kristen Mojowarno yg sekarang itu sebetulnya bukan asli peninggalan masa kolonial
BalasHapusKarena pada tahun 1949, bangunan RS ikut jadi korban bumihangus hingga tinggal reruntuhan sj
saya salah satu buyut dari bapak Esdram sukobendu ,mojowarno🙏
BalasHapusSaya sangat bersyukur tahu sejarah keluarga saya.terimakasih,karna saya sendiri masih blm paham betul.karena hanya mengetahui dr buku silsilah keluarga saja.trims
BalasHapus